Kemarin, 23 Mei 2019, Film
Aladdin mulai ditayangkan perdana di seluruh bioskop di Indonesia. Saya yang
sangat suka cerita-cerita Disney, tentu saja tak akan melewatkan film legendaris
yang diadaptasi dari buku Arabian Night atau Kisah Seribu Satu Malam. Secara garis
besar, tak banyak hal yang berubah dari film animasi Aladdin pada tahun 1992. Meski
film ini tak lagi dibuat kartun, namun saya merasa tetap menganggap film
Aladdin ini terasa hidup dan benar-benar nyata.
Kabar-kabarnya juga
yah, film Aladdin ini dibuat untuk menghormati atau mengenang Robin Williams. Ia
merupakan aktor senior yang dulunya menjadi pengisi suara Geni di film kartun
Aladdin. Tentu masih ingat dong siapa itu Geni. Yup, Geni adalah jin berwarna
biru, dengan jabul aneh, dan tingkah yang lucu. Dia adalah jin yang nantinya
akan ditemukan Aladdin di dalam sebuah gua.
Untuk opening atau
pembukaan, saya benar-benar tertipu. Awalnya saya mengira bahwa pembukaan film
ini akan bernuansakan Timur Tengah. Misal di sebuah gurun sahara, lalu ada
saudagar-saudagar yang berjalan beriringan bersama para untanya. Dan ternyata,
tebakan saya itu salah besar. Tak ada gurun, tak ada saudagar Arab, dan tak ada
unta. Yang ada justru hamparan samudra luas serta dua buah kapal. Yang satu
merupakan sebuah kapal besar yang mewah dan yang satunya kapal kecil yang sudah
berkelana menjelajahi dunia. Lalu cerita pun dimulai.
Saya tak mau bercerita
tentang alur cerita Aladdin. Mungkin semua orang sudah hafal di luar kepala
tentang isi cerita film ini. Yah, tentang seorang pemuda miskin atau tikus
jalanan yang suka mencuri bersama monyetnya yang bernama Abu. Baiklah, kita
cerita tentang Abu saja ya. Entah, bagaimana caranya melatih monyet kecil itu.
Tapi akting Abu ini, sungguh memukau. Bahkan bisa dibilang akting binatang primata
itu bisa disandingkan dengan akting para pemeran utama. Yang pasti setiap
tingkah laku Abu, saya jamin bakalan bikin suasana di dalam bioskop dipenuhi
dengan gelak tawa yang membahana. Ada saja tingkah monyet kecil itu.
Sebelum bercerita tentang
tokoh utama jadi mari kita cerita tentang binatang-binatang yang ada di dalam
film ini dulu saja ya. Setelah Abu, monyet milik Aladdin. Ada juga Rajak, ‘kucing’
milik Putri Jasmine. Kehadiran ‘kucing’ milik Jasmine ini beberapa kali juga
mencuri tawa penonton. Padahal saya kasih tahu, ‘kucing’ milik Jasmine ini
nggak ada lucu-lucunya sama sekali, yang ada malah nyeremin. Saya nggak nyangka
seorang putri seperti Jasmine akan memiliki peliharaan seperti itu. Tapi mereka
berdua cocok.
Setelah itu ada juga
burung beo berwarna merah milik Jafar. Dia burung mata-mata yang banyak bicara
dan cerdas. Di dalam film ini saya lumayan kesal dengan keberadaan si beo ini. Ngeselin
banget pokoknya. Dia sudah seperti CCTV untuk Jafar. Apa-apa laporan, apa-apa
cerita. Rasa-rasanya pengen nangkap itu burung dan dimasukin ke kandang, biar
gak bikin ulah itu.
Di film ini tak nampak ada
unta, kecuali unta raksasa yang nantinya akan dinaiki Aladdin saat hendak ke
istana. Selain itu ada juga gajah, kuda, dan ular. Nah, mungkin segitu dulu
cerita tentang para hewan-hewannya.
Untuk tokoh Aladdin
sendiri diperankan oleh Mena Massoud. Meski bukan orang Arab asli dan merupakan
orang Kanada, namun ia masih keturunan dari Mesir. Mena bahkan lahir di Mesir,
namun ia besar di Kanada. Wajahnya yang kecoklatan serta muka yang
ketimurtengahan, membuat dia nampak seperti orang Arab asli. Saya sangat suka
saat aksi kejar-kejaran Aladdin di tengah pasar ketika dia kejar beberapa orang
karena mencuri. Dia begitu gesit dan lihai melompat ke sana kemari. Namun saat
dihadapkan pada cinta, dia menjadi pria canggung yang bodoh. Sangat lucu dan
natural akting dari Mena ini.
Putri jasmine sendiri
diperankan oleh Naomi Scott. Ia merupakan aktris asal Inggris yang baru berusia
26 tahun. Bagi yang sering menonton Power Ranges tentu sudah tak asing lagi dengan
wajah Naomi, karena di film tersebut dia berperan sebagai Ranger Pink. Saya sangat
puas dengan akting Naomi, dia sangat cocok memerankan karakter Jasmine. Entah
mengapa dari dulu saya sangat suka putri dengan karakter seperti Jasmine. Seorang
putri yang cerdas, pintar, berani, dan kuat. Dia bukan putri penakut dan lemah
lembut.
Hal menakjubkan lagi
adalah penampilan Will Smith. Aktor asal Amerika Serikat yang pernah meraih
Academy Award dan Grammy Award kategori hiphop dan komedi ini berperan sebagai
Geni. Di awal kemunculannya dia sudah membuat gelak tawa penonton. Seperti yang
kita tahu, Geni merupakan jin yang lucu, begitu juga dengan Smith, dia sungguh
piawai memerankan karakter Geni. Nantinya akan ada juga tambahan tentang
hubungan percintaan antara Geni dan Dalia. Siapa itu Dalia? Dalia yang
diperankan oleh Nasim Pedrad, merupakan gadis cantik yang selalu berada di sisi
Jasmine. Singkatnya dia itu pelayan putri.
Untuk lagu-lagu yang
dibawakan di film ini saya sangat suka. Terlebih lagu A Whole New World. Lagu itu
dibawakan saat Aladdin mengajak Jasmine jalan-jalan menggunakan karpet terbang.
Duh, romantis sekali pokoknya. Selain itu ada beberapa lagu lain yang saya kira
tak terllau penting, tapi tak mengapa, hal itu tak cukup mengganggu.
Oh, iya dalam film ini ada dua adegan ciuman. Tapi
itu Cuma jadi pemanis saja sih menurut saya. Kurang greget dan kalau pun tak
ada ciuman, film ini tetap bagus. Ada pun ciuman itu juga Cuma ciuman ringan,
nggak yang begitu vulgar sih. Jadi masih bisa ditolirir kalau bagi saya.
Meski ini berlatar di
Arab tapi lokasi syutingnya sendiri tidak di Arab, tapi di Yordania. Dalam film
ini pun tak dijelaskan secara spesifik tentang agama mereka. Dalam film ini
jelas, tak menjurus ke agama islam. Namun begiru, dalam film ini tersirat paham
feminisme yang yang ingin mendobrak budaya patriarki. Sebuah kebijakan yang
melarang seorang perempuan untuk menjadi seorang sultan.
Kejahatan pasti selalu ada
di dalam sebuah film, termasuk juga di film Aladdin ini. Tokoh Jafar yang
diperankan oleh Marwan Kenzari, begitu menghayati kejahatannya. Ia merupakan
penasihat setia sultan (Navid Negahban), namun dia tak suka menjadi orang nomor
dua. Oleh karena itu, dia memanfaatkan Aladdin untuk mengambil lampu ajaib
untuk mengambil kekuasaan sang sultan. Tapi namanya manusia tamak, dia tak
pernah puas. Ingin menjadi yang terhebat dan paling hebat. Benar, dia menjadi
yang terhebat, namun tetap saja syarat dan ketentuan tetap berlaku di mana pun.
Jafar akhirya harus menerima balasan dari ambisinya tersebut.
Jangan takut jika film
ini tak miliki adegan tegang. Karena hampir setiap saat, kita akan dibuat
tegang dan deg-degan. Apalagi saat Geni memindah mindahkan Aladdin. Aladdin yang
dipindahkan, kita yang nonton yang ikutan pusing. Ada juga saat yang saya rasa
paling haru seharu harunya. Yaitu saat Aladdin meminta permintaanya yang ketiga
atau yang terakhir. Duh, rasanya kok terharu banget. Pengen meluk Aladdin kan
jadinya. Ehe
Satu hal yang akan saya
ingat tentang pesan Geni, katanya, “Jangan pernah meminta harta ataupun
kekuasaan, karena dua hal itu tak akan pernah cukup untuk manusia”.
Baiklah, yang terakhir
saya cuma mau bilang film ini sungguh lucu. Kalau sampai di dalam bioskop kamu
tak juga tertawa, sebaiknya kamu perlu datang ke psikiater untuk memeriksakan
kesehatan jiwamu. Sungguh, ini film yang sangat amat lucu.
Tidak ada komentar