Tiap kali menonton film dengan tokoh binatang , khususnya
anjing, saya selalu berhasil dibuat haru dengan mata berkaca-kaca penuh
kesedihan. Walaupun menurut saya, dalam film The Call Of The Wild ini cerita
menyedihkannya masih dalam kadar rendah, tidak sampai membuat saya nangis
sesenggukan seperti saat menonton film Hachiko.
Film ini dibuka dengan menampilkan keadaan daerah Provinsi
Yukon, Alaska, pada tahun 1890-an. Di mana pada saat itu dunia tengah demam
emas Klondike, sehingga menyebabkan banyaknya masyarakat yang bermigrasi ke
sana untuk memperoleh emas. Adanya migrasi secara besar-besaran ke daerah itu
kemudian mengakibatkan banyak anjing pekerja yang dibutuhkan untuk membantu
mereka di saat musim dingin tiba.
Tokoh utama dari film ini adalah Buck. Seekor anjing besar
yang memiliki kehidupan super bebas karena terlalu dimanja oleh majikannya. Buck
tak pernah dikurung ataupun dirantai lehernya. Dia dibebaskan ke sana kemari
dan berbuat rusuh. Secara sekilas kita bisa tahu, bahwa Buck merupakan anjing
nakal yang suka mengacaukan kota. Meski begitu, orang-orang tetap saja
memanjakannya dengan makanan karena mereka takut atau lebih tepatnya tak enak
hati pada pemilik Buck, Tuan Hakim, yang
dianggap orang terpandang di kota tersebut.
Kisah petualangan Buck dimulai saat ia diculik oleh seseorang
untuk dijual ke penampungan anjing. Buck yang awalnya tinggal di California
dengan kehidupan yang super nyaman, kini harus beradaptasi dengan kehidupan
yang super dingin di Alaska.
Buck kemudian dibeli oleh seorang lelaki berkulit hitam
bernama Perrault (Omar Sy) dan satu temannya Francoise (Cara Gee). Mereka
mempekerjakan Buck sebagai anjing penarik untuk mengantarkan surat. Di awal-awal
Buck nampak begitu mengesalkan dan sulit sekali diatur. Namun di setiap saat,
Buck digambarkan sebagai anjing yang baik hati pada sesama anjing penarik
lainnya. Buck juga sangat loyal pada pemiliknya dan ia tak segan membantunya
meski harus bertaruh nyawa.
Setelah kemunculan telegram, surat tak lagi dipakai, sehingga
Buck dan teman-temannya dikembalikan di penampungan untuk menunggu pemilik
barunya. Siapa sangka Buck dan teman-temannya dibeli oleh saudagar kaya yang
berhati jahat. Buck dan teman-temannya tetap dipaksa bekerja di saat mereka
sudah lelah dan keberatan akan beban kereta yang mereka tarik. Namun si tuan
jahat ini terus memarahi mereka dan hendak memukulo anjing-anjing malang
tersebut. Adegan pemukulan ini tak diperlihatkan, karena ada si tua yang
menyelamatkan Buck saat itu.
Di sinilah, kemudian Buck bertemu dengan sahabat tuanya, John
Thornton yang diperankan oleh Harrison Ford. Berbeda dengan orang-orang yang
pergi ke Yukon untuk mencari emas, Thornton justru pergi ke sana untuk
mengasingkan diri karena merasa bersalah telah kehilangan anak lelakinya. Dia dan
Buck kemudian melakukan petualangan seru membelah provinsi Yukon.
Film ini sebenarnya diadaptasi dari novel sastra klasik karya
Jack London. Namun sepertinya Chris Sander selaku sang sutradara, ingin
menghadirkan cerita Buck sebagai sebuah tontonan keluarga yang ‘soft’. Sehingga
bisa dibilang bahwa dalam film ini banyak sekali menghilangkan beberapa fakta
yang tersimpan dalam cerita di novel aslinya. Di sini kita akan banyak melihat
kelakuan Buck sebagai anjing baik hati, konyol, dan menyenangkan, padahal
aslinya ada banyak cerita gelap dalam hidup Buck yang tidak diekspos.
Kehadiran Perrault dan Francoise seharusnya menjadi
penyuaraan diskriminasi tentang orang kulit hitam. Di novel aslinya bahkan ada
adegan di mana Buck membunuh orang berkulit putih sebagai sebuah aksi balas
dendam untuk tuannya. Namun tentu saja hal ini tidak ada di film. Kehidupan
tentang eksploitasi Yukon terhadap tambang emas juga kurang dipertajam di sini.
Seolah keadaan di Yukon kala itu hanya sebagai figuran saja atau latar yang tak
perlu diceritakan dengan saksama.
Selain itu kisah tragis tentang banyak kematian yang dialami
para anjing pekerja juga sepertinya diskip
dari film ini. Sehingga singkat cerita, dalam film ini kita bisa melihat ada
banyak keluhan yang disembunyikan hanya supaya film ini ramah untuk anak-anak.
Secara keseluruhan, saya suka sekali dengan film ini.
Walaupun rasa-rasanya ada bagian yang terlalu dipercepat atau dihilangkan. Sehingga
setelah sampai endingnya, saya merasa kehilangan potongan cerita.
Tidak ada komentar