Meski sama-sama terletak di Jawa Barat, nyatanya untuk pergi ke Sukabumi dari Karawang via angkutan umum itu sudah seperti perjalanan Tong Sam Cong ke barat untuk mencari kitab suci. Terlebih lagi jika sesampainya di Bogor, kita tak punya pilihan lain selain naik colt Bogor yang suka ngetem di depan Botani Squre itu. Dengan segala kerendahan hati tanpa mau menyakiti hati bapak supir colt, saya katakan bahwa lebih baik mending gak usah jadi ke Sukabumi dibanding harus naik angkutan ini kalau saya mah. Cukup sekali saja seumur hidup.
Biasanya tiap kali pergi ke Sukabumi saya naik kendaraan pribadi via tol Cipularang, lalu dari Bandung baru deh menuju Sukabumi. Entah karena kesambet apa, tiba-tiba waktu itu saya buru-buru sekali pengen ke Sukabumi. Akhirnya saya nekat mencoba rute baru dengan naik angkutan umum. Karawang-Jakarta-Bogor- Sukabumi. Segalanya lancar dan baik-baik saja setelah saya sampai Stasiun Bogor. Hingga akhirnya, nasib mempertemukan saya dengan sebuah elf yang berjajar di pinggir jalan dekat Terminal Bogor itu.
Waktu itu saya memutuskan naik colt Bogor-Sukabumi itu dikarenkan ada bencana tanah longsor yang menyebabkan rel kereta ikut amblas, sehingga kereta lokal Bogor Sukabumi tak bisa beroprasi. Jadi, mau tak mau saya harus naik colt ini. Lagi pula awalnya saya tak punya gambaran tentang angkutan umum ini. Hingga kahirnya saya merasakannya sendiri sensasi yang sungguh menakjubkan ini.
Saat saya naik colt masih kosong, saya duduk di tengah dekat jendela. Ternyata si colt ini cukup lama ngetemnya, nunggu sampai penumpang penuh. Namun setelah penuh, tak juga berangkat, karena si sopir ternyata menunggu sampai penuh buangget. Satu colt yang seharusnya diisi oleh 10-12 orang ini, harus diisi sekitar 16-17 orang. Kursi yang harusnya dipakai untuk tiga orang pun harus dipakai untuk lima orang.
Bisa dibayangkan kan ya, saya mendepis di pojokan. Orang-orang dijejalkan masuk, saling berhimpitan, mana gak ada AC lagi. Setelah colt berangkat saya kira semgala penderitaan ini akan lekas berlalu. Saya hanya harus bertahan selama dua jam untuk sampai di Sukabumi. Eh, siapa sangka, ternyata petualangan Dora ini baru saja dimulai.
Setelah lepas landas dari Bogor Kota, colt melesat begitu kencangnya seperti start dibalap Formula 1. Mending kalau yang dilalui itu jalan raya biasa, lah ini jalan perkampungan yang jalanannya itu relatif sempit. Kanan kiri juga penuh rumah. Tapi si colt ini kayak biasa saja. Saya sampai tegang, pas colt ini melaju kencang, eh mendadak ada mobil dari lawan arah. Mak serrrr dadane.
Tak peduli tanjakan atau turunan, hantam terus pokonya. Di menit-menit pertama saja, perut saya sudah seperti diaduk-aduk, kepala pening pening minta ampun, belum lagi ditambah aroma terapi dari keringat orang-orang. Ya ampun terjebak di dalam colt ini seorang diri tanpa orang tak dikenal sungguh pengalaman yang tak terlupakan. Pengen pingsan tapi kok nanti repot, pengen nangis dan minta turun tapi nanti gimana pulangnya. Ini kali yang dinamakan ‘Maju kena mundur kena’. Hmm
Tahu sendirikan jalanan Bogor-Sukabumi itu kayak gimana, kebanyakan jalannya sempit, berkelok-kelok, dan banyak sekali tanjakan dan turunan. Belum lagi lalu lintasnya padat sehingga menyebabkan kemacetan yang begitu panjang. Tentu saja hal itu bukan masalah besar untuk si colt ini. Tak peduli mau mecetnya sepanjang jalan kenangan kek, sepanjang tol Cipali kek, hantam terus pokoknya. Saya sampai ngeri sendiri saat si colt ini menyelip lewat bahu jalan, padahal sampingnya itu sudah jurang coba. Mau ngantuk kayak apa yah saya tahan. Di sini saya mendadak jadi penumpang religius yang tak henti-hentinya ingat Tuhan dan ingat bahwa kematian itu bisa saja begitu dekat.
Cara berhenti dan menyalip si sopir ini mungkin sebelas dua belas dengan sopir Dapur 12 di Batam. Yah begitulah, kapan mau mengerem dan berhenti itu hanya sang sopir dan Tuhan yang tahu. Karena kadang kala pas colt melaju kencang, suka mendadak menepi dan berhenti tanpa menyalakan lampu sein terlebih dahulu. Mau marahin si sopir? Coba aja kalau emang bosan hidup.
Colt Bogor-Sukabumi ini beroprasi 24 jam. Ongkos dari Bogor-Sukabumi sekitar 30.000 dan Sukabumi-Ciawi sekitar 25.000. Banyak orang sana yang menyebut colt ini dengan sebutan kadal, karena jalannya yang suka ke kanan dan ke kiri sesuka hati. Di mana ada celah, pokoknya libas terus. Colt ini juga terkenal suka lawan arah dan suka cari jalan tikus untuk rute perjalanannya. Kata teman-teman yang tinggal di daerah sana, sang sopir ini kebanyakan punya slogan ‘Setali tiga uang ama penumpangnya, makin cepat sampai penumpang makin puas’. Sehingga jangan heran kalau colt ini mengutamakan waktu, sampai kadang mengabaikan keselamatan.
Saya banyak mendengar cerita beberapa teman yang asli orang Sukabumi dan tinggal di Jakarta. Ternyata oh ternyata, mereka juga mengeluhkan hal yang sama seperti yang saya rasakan. Tapi sayangnya mereka tak punya pilihan lain selain naik angkutan itu untuk sampai kampung halamannya. Selain sopirnya yang kadang suka ugal-ugalan, banyak juga angkot yang sudah tidak layak beroprasi. Semoga ini menjadi perhatian Pemerintah daerah sana untuk lebih memperhatikan lagi layanan transportasi Bogor-Sukabumi.
Kalau ada yang gak percaya dengan tulisan ini dan mengira saya melebih-lebihkan, silakan coba sendiri sensasi naik roller coaster darat yang murah meriah. Ketimbang ke Dufan kan mending bayar 30 ribu kan ya, puas dua jam diombang-ambing naik turun jalanan yang berkelak-kelok.
Masih ingat sensasi naik bimbar sama dapur 12 ya mbak....hehehe.. sesekali coba juga naik mobil travel padang- lubuk sikaping mbak....
BalasHapusMasih ingat juga sama sensasinya naik bimbar ya mbak....
BalasHapus